Dear You......
Di lentik jemarimu, rengkuh genggamanku memudar, dan kini rindu menularkan sakit kesepian. Dan, tujuanku tak kemana. Di pinggir bibirmu, kuingin menepi. Berteduh dari rindu yang mengaduh. Sesering kita mengingkari hati, sedalam tak terukur kita membodohi diri sendiri. Sedalam inginku berlari mengingkari, secepat getarku kembali bertekuk lutut di hatimu, satu-satunya. Sedetik tak lupa, sekujur tubuhmu adalah segenap ingatan yang mencetak satu rindu, sebenarnya. (Moammar Emka dalam DEAR YOU, halaman 328-329)
Menjadi biasa, itu luar biasa. Aku terbiasa bersamamu lalu tidak, itu sungguh menyiksa. Tak mampu kutepikan. Nyatanya, rumah hatimu adalah tumpah rinduku. Berkemah merangsak sumsum; mengibarkan bendera kegelisahan yang membukitkan luka, juga bahagia. Jika boleh memilih, aku membutuhkan rindu sebagai kata keramat yang ingin kudengar dari bibirmu, setiap hari. Seperti berpuluh mimpi yang kita hias dengan warna pelangi. -by Moammar Emka-
Aku mencintaimu tanpa tanda tanya. Demi apa? Demikian aku mencintaimu... -by Moammar Emka-
Demikian juga aku harus melupakan orang yang aku cintai selama ini. Berat memang, tetapi harus aku lepaskan, meski tertatih namun akan terlatih. Tak perlu lagi ada kata saling menggoda, tatapanpun menjadi acuh kian angkuh. Kamu dan aku tidak lagi sama dengan (=), akan tetapi bersebrangan. Seperti itulah kita, bagaikan kunang-kunang yang telah kehilangan cahayanya. Aku mencintaimu dengan sederhana, sesederhana kau melangkahkan kakimu pergi. -by me-
(Dear You: by Moammar Emka, www.moammaremka.blogspot.com)
Komentar
Posting Komentar